Raja Batu Bara
Spread the love

Raja Batu Bara Low Tuck Kwong, nama yang kini identik dengan kekayaan luar biasa dan dominasi di industri batu bara Indonesia, menyimpan kisah unik yang tak hanya berputar pada bisnis tambang. Pria kelahiran Singapura ini bukan hanya di kenal sebagai orang terkaya di Indonesia, tetapi juga sebagai pengusaha yang memiliki kebun binatang pribadi di tengah kompleks tambang batu baranya di Kalimantan Timur. Kombinasi antara kekuatan ekonomi dan kepedulian lingkungan menjadikan Low Tuck Kwong sosok yang menarik untuk di kupas lebih dalam.

1. Dari Singapura ke Kalimantan: Awal Perjalanan Sang Raja Tambang

Low Tuck Kwong lahir pada 17 April 1948 di Singapura keluarga pengusaha konstruksi. Sejak muda, ia telah terbiasa dengan dunia kerja karena membantu ayahnya di perusahaan keluarga. Namun, langkah besar terjadi pada awal 1970-an, ketika Low memutuskan untuk merantau ke Indonesia. Di negeri ini, ia melihat peluang besar di bidang tambang yang belum tergarap maksimal.

Pada 1973, ia mendirikan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) perusahaan jasa konstruksi. Langkah visioner berikutnya datang saat ia mengakuisisi konsesi tambang batu bara di Kalimantan, kelak menjadi bagian dari PT Bayan Resources Tbk — perusahaan tambang batu bara kini menyumbang sebagian besar kekayaannya.

Melalui Bayan Resources, Low Tuck Kwong mengembangkan operasi tambang berskala besar yang kini menghasilkan lebih dari 50 juta ton batu bara per tahun. Kesuksesan luar biasa ini membuatnya menduduki peringkat pertama orang terkaya di Indonesia versi Forbes dan Bloomberg pada 2023, menggeser nama-nama besar seperti keluarga Hartono.

2. Bisnis yang Tak Hanya Soal Tambang  Raja Batu Bara

Meski di kenal sebagai “Raja Batu Bara”, bisnis Low Tuck Kwong tak terbatas pada sektor energi fosil. Ia telah mendiversifikasi portofolio investasinya ke berbagai bidang, mulai dari energi terbarukan, teknologi telekomunikasi, hingga properti dan perhotelan.

Beberapa di antaranya:

  • Metis Energy: Perusahaan energi terbarukan yang bergerak di kawasan Asia Pasifik, dengan fokus pada solusi rendah karbon.

  • SEAX Global: Pemain penting dalam pembangunan jaringan kabel bawah laut yang menghubungkan Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

  • Voksel Electric: Produsen kabel listrik nasional.

  • The Farrer Park Company: Perusahaan perhotelan dan layanan kesehatan di Singapura, yang dikelola oleh putrinya, Elaine Low.

Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa Low bukan hanya mengandalkan satu sektor, melainkan bersiap menghadapi masa depan yang lebih berkelanjutan.

3. Kebun Binatang di Tengah Tambang

Aspek paling unik dari bisnis Low Tuck Kwong adalah Tabang Zoo, kebun binatang ia dirikan di area operasional Bayan Resources di Kalimantan Timur. Kebun binatang ini bukan sekadar atraksi hiburan, melainkan bagian dari program tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.

Tabang Zoo di dirikan sebagai bentuk kompensasi ekologis atas dampak pertambangan terhadap habitat satwa liar. Di sana, berbagai hewan endemik Kalimantan yang terdampak aktivitas tambang di rawat dan di lestarikan. Beberapa spesies yang di pelihara antara lain orangutan, beruang madu, hingga burung enggang.

Kebun binatang ini juga terbuka untuk umum dan dapat menampung hingga 6.000 pengunjung per hari. Selain sebagai tempat rekreasi, Tabang Zoo menjadi sarana edukasi bagi masyarakat mengenai pentingnya konservasi alam, bahkan menjadi lokasi riset bagi peneliti dan mahasiswa.

Inisiatif ini menunjukkan bahwa meskipun bergerak di industri ekstraktif, Low Tuck Kwong tetap memperhatikan aspek sosial dan lingkungan dari bisnisnya.

4. Filantropi dan Warisan untuk Masa Depan Raja Batu Bara

Kesuksesan finansial tidak membuat Low lupa pada nilai-nilai kemanusiaan. Pada 2023, ia tercatat sebagai donatur terbesar di Singapura melalui Low Tuck Kwong Foundation, dengan sumbangan lebih dari 127 juta dolar Singapura untuk pendidikan dan layanan kesehatan.

Di sisi lain, ia juga mulai menyiapkan suksesi kepemimpinan bisnis dengan menyerahkan sebagian besar saham Bayan Resources senilai lebih dari US$6 miliar kepada putrinya, Elaine Low. Langkah ini menunjukkan bahwa keberlanjutan tidak hanya berlaku dalam aspek lingkungan, tetapi juga dalam perencanaan bisnis keluarga.

Filosofi Low sederhana namun kuat: bekerja keras, menjaga keberlanjutan, dan memberikan kembali kepada masyarakat. Dengan prinsip ini, ia membuktikan bahwa kesuksesan bisnis bisa selaras dengan tanggung jawab sosial.

BACA JUGA : Mas Duta: Simbol Kesederhanaan di Puncak Popularitas

Penutup

Low Tuck Kwong adalah bukti nyata bahwa seorang pengusaha tambang tidak selalu identik dengan perusak lingkungan. Ia justru membuktikan sebaliknya, dengan mendirikan kebun binatang sebagai bentuk konservasi, mendanai pendidikan dan kesehatan, serta membangun bisnis lintas sektor. Dari batu bara hingga pelestarian alam, kisah “Raja Batu Bara yang Punya Kebun Binatang” ini menginspirasi bahwa kekayaan bisa menjadi alat perubahan — jika di gunakan dengan visi dan hati nurani.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *